Rabu, 14 Mei 2014

Hegemoni Rezim Intelejen

Judul buku: Hegemoni Rezim Intelejen 
Penulis: Busro Muqoddas
Penerbit: Pusham UII. 
Cetakan : 1, 2011
Kondisi: Baru
Tebal: i-xxvi + 472 halaman
 Harga : Rp. 90.000,00

Pemesanan : sms 089666935968/ pin BB: 321BDDAB

sinopsis
 
Kritik mengenai sistem peradilan yang melibatkan analisis peran militer/intelijen tidak banyak. Beberapa tulisan mengenai intelijen adalah Lampung bersimbah darah: menelusuri kejahatan “Negara Intelijen” Orde Baru dalam peristiwa Jama’ah Warsidi (2000) karya Salahudin, Mendorong Akuntabilitas Intelijen (2007) Karya Hadiwinata. Serta Hubungan Intellijen dan Negara (2008) karya Widjadjanto dan Wardhani.
Busyro Muqoddas, melalui Hegemoni Rezim Intelijen; Sisi Gelap Peradilan Kasus Komando Jihad membawa bacaan yang menarik. Ada satu sejarah pemerintahan di Indonesia yang selalu jadi buah bibir hingga sekarang, yakni Orde Baru (1966-1998). Keistimewaan Orba dapat ditinjau dari Tiga kekuatan “pengaman”; Militer, Golongan Karya/Birokrat, dan Konglomerat. Ketiga kekuatan ini juga yang turut membentuk corak otoriter Orba.
Kebutuhan “pengamanan” Orba melahirkan pembenaran-pembenaran tindakan yang jauh dari keadilan. Sistem Orba menolak segala macam perusak dominasi kekuasaan yang sedang dan akan dimainkannya. maka Orba menjaga kestabilan kekuasaan dengan memanfaatkan tiga kekuatan tadi, dan dengan segala variasinya membentuk lingkaran kokoh yang menahan agar Orba tidak sampai anjlok wibawanya dalam perpolitikan Nasional. Dari sinilah disinyalir; Peradilan Sesat, Komando Jihad, dan Intelijen berada.
Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) yang memang diduga telah melakukan penyiksaan dan pembunuhan tahun 1965 adalah alat yang ampuh dari pemerintah Orde Baru. Busyro menuliskan bahwa Kopkamtib dan BAKIN menjadi penyebab munculnya Komando Jihad. Persekongkolan di antara Kopkamtib dan BAKIN terjadi melalui dua fungsi. Kopkamtib menjalankan fungsi penegakan hukum, sedangkan BAKIN menyulut teror dan kekerasan. Motif klasik dari manipulasi ini adalah untuk mempersiapkan kemenangan GOLKAR pada pemilu 1977.
Kestabilan Orba juga dijaga dengan tindakan pembonsaian “Islam Politik” pada 1973 oleh Suharto. Namun, ternyata tidak mampu meredam keinginan masyarakat untuk mendukung partai selain GOLKAR. Bagaimanapun juga, GOLKAR adalah salah-satu dari tiga kekuatan utama yang mendukung Orba untuk bertahan sedemikian lamanya, yakni 1966 hingga 1998. Dua kekuatan lainnya adalah Militer dan Konglomerat.
Buku Hegemoni Rezim Intelijen ini merupakan disertasi Busyro Muqoddas yang membahas bagaimana peradilan sesat berjalan selama ini. “peradilan sesat” mencirikan satu kegiatan yang serba manipulatif. Para terdakwa diperlakukan secara tidak manusiawi didepan hukum. Busyro menampakkan kepada kita satu ulasan tajam dan terbuka mengenai dugaan/rekaan kita tentang praktik peradilan yang selama ini boroknya masih dalam taraf mitos.
Sebastian Pompe, peneliti asal belanda sekaligus penulis buku Runtuhnya Institusi Mahkamah Agung, dalam kata pengantar mengatakan jelas adalah salah tafsir jika menganggap karya ini hanya sebuah tinjauan historis yang tidak memiliki keterkaitan apapun dengan masa sekarang, karena ternyata kajian Busyro masih sangat relevan di masa sekarang terlebih pada bagaimana bentuk-bentuk marginalisasi politik islam. Pompe juga menutup pengantarnya dengan memuji busyro, “buku ini adalah suatu mahakarya”.

Tidak ada komentar: