Judul buku: Hegemoni Rezim Intelejen
Penulis: Busro Muqoddas
Penerbit: Pusham UII.
Penulis: Busro Muqoddas
Penerbit: Pusham UII.
Cetakan : 1, 2011
Kondisi: Baru
Tebal: i-xxvi + 472 halaman
Harga : Rp. 90.000,00
Pemesanan
: sms 089666935968/ pin BB: 321BDDAB
sinopsis
Kritik mengenai sistem peradilan yang
melibatkan analisis peran militer/intelijen tidak banyak. Beberapa
tulisan mengenai intelijen adalah Lampung bersimbah darah: menelusuri kejahatan “Negara Intelijen” Orde Baru dalam peristiwa Jama’ah Warsidi (2000) karya Salahudin, Mendorong Akuntabilitas Intelijen (2007) Karya Hadiwinata. Serta Hubungan Intellijen dan Negara (2008) karya Widjadjanto dan Wardhani.
Busyro Muqoddas, melalui Hegemoni Rezim Intelijen; Sisi Gelap Peradilan Kasus Komando Jihad membawa
bacaan yang menarik. Ada satu sejarah pemerintahan di Indonesia yang
selalu jadi buah bibir hingga sekarang, yakni Orde Baru (1966-1998).
Keistimewaan Orba dapat ditinjau dari Tiga kekuatan “pengaman”; Militer,
Golongan Karya/Birokrat, dan Konglomerat. Ketiga kekuatan ini juga yang
turut membentuk corak otoriter Orba.
Kebutuhan “pengamanan” Orba melahirkan
pembenaran-pembenaran tindakan yang jauh dari keadilan. Sistem Orba
menolak segala macam perusak dominasi kekuasaan yang sedang dan akan
dimainkannya. maka Orba menjaga kestabilan kekuasaan dengan memanfaatkan
tiga kekuatan tadi, dan dengan segala variasinya membentuk lingkaran
kokoh yang menahan agar Orba tidak sampai anjlok wibawanya dalam
perpolitikan Nasional. Dari sinilah disinyalir; Peradilan Sesat, Komando
Jihad, dan Intelijen berada.
Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib) yang memang diduga telah melakukan penyiksaan dan pembunuhan
tahun 1965 adalah alat yang ampuh dari pemerintah Orde Baru. Busyro
menuliskan bahwa Kopkamtib dan BAKIN menjadi penyebab munculnya Komando Jihad. Persekongkolan
di antara Kopkamtib dan BAKIN terjadi melalui dua fungsi. Kopkamtib
menjalankan fungsi penegakan hukum, sedangkan BAKIN menyulut teror dan
kekerasan. Motif klasik dari manipulasi ini adalah untuk mempersiapkan
kemenangan GOLKAR pada pemilu 1977.
Kestabilan Orba juga dijaga dengan tindakan
pembonsaian “Islam Politik” pada 1973 oleh Suharto. Namun, ternyata
tidak mampu meredam keinginan masyarakat untuk mendukung partai selain
GOLKAR. Bagaimanapun juga, GOLKAR adalah salah-satu dari tiga kekuatan
utama yang mendukung Orba untuk bertahan sedemikian lamanya, yakni 1966
hingga 1998. Dua kekuatan lainnya adalah Militer dan Konglomerat.
Buku Hegemoni Rezim Intelijen ini
merupakan disertasi Busyro Muqoddas yang membahas bagaimana peradilan
sesat berjalan selama ini. “peradilan sesat” mencirikan satu kegiatan
yang serba manipulatif. Para terdakwa diperlakukan secara tidak
manusiawi didepan hukum. Busyro menampakkan kepada kita satu ulasan
tajam dan terbuka mengenai dugaan/rekaan kita tentang praktik peradilan
yang selama ini boroknya masih dalam taraf mitos.
Sebastian Pompe, peneliti asal belanda sekaligus penulis buku Runtuhnya Institusi Mahkamah Agung, dalam
kata pengantar mengatakan jelas adalah salah tafsir jika menganggap
karya ini hanya sebuah tinjauan historis yang tidak memiliki keterkaitan
apapun dengan masa sekarang, karena ternyata kajian Busyro masih sangat
relevan di masa sekarang terlebih pada bagaimana bentuk-bentuk
marginalisasi politik islam. Pompe juga menutup pengantarnya dengan
memuji busyro, “buku ini adalah suatu mahakarya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar