Penyunting : Johan Hendrik Meuleman
Penerbit : LKiS, 2012
Tebal:
Harga : Rp. 48.000,00
Pemesanan : sms 089666935968/ pin BB: 321BDDAB
Sinopsis
Kajian terhadap diskursus islam modern beserta para
pemikirnya selalu saja menarik untuk dibahas. Salah satunya adalah
Mohammed arkoun, seorang pemikir islam kontemporer dari Aljazair ini
menawarkan konsep pemikiran ulang atau rethinking terhadap islam,
nilai-nilai, tradisi serta ajaran-ajarannya yang selama ini dianggap
mapan dan anti kritik. Asumsi ini, menurut Arkoun, disebabkan karena
pembukuan dan pembakuan ajaran agama yang terjadi pada abad pertengahan
yang kemudian dijadikan standar kebenaran beragama.
Pemikiran arkoun tidak saja berbeda dengan para pemikir
islam fundamental, tetapi juga berbeda dengan para pemikir islam modern
model Hassan hanafi yang sangat kental dengan nuansa kalam dan
filsafat, juga berbeda dengan pemikiran sayyed Hussein nasr yang bobot
tasawuf dan filsafatnya sangat terasa, dan berbeda pula dari para
pemikir islam yang mengusung aspek-aspek ilmiah atau sains dalam
pemikirannya. Hal inilah yang kemudian menjadikan pemikiran arkoun
menarik, selain untuk dipahami juga untuk dikritisi.
Buku ini memuat sejumlah tulisan yang mengupas tentang
pemikiran dan kritik terhadap hasil pemikiran Arkoun terutama dalam
kajian teks Agama yang dalam hal ini adalah Al-Qur’an. Arkoun meyakini
al-qur’an sebagai korpus terbuka yang tidak ada satupun penafsiran dapat
menutupnya secara tetap dan “ortodoks”. Oleh karena itu ia menganggap
perlunya mengadakan pembacaan ulang terhadap teks-teks Al-qur’an sebagai
Upaya mengaktualisasikan nilai-nilai Al-Qur’an yang diyakini bersifat
transendental-universal(Sholihun Likulli Zaman wa Makan).
Nilai transendental universal yang melekat pada Al-Qur’an
sebagai dasar nilai dan ajaran islam selanjutnya akan terbentur pada
tataran praktis. Ini berarti ketika nilai-nilai itu dipraktekkan dalam
kehidupan masyarakat yang notabene-nya terkurung oleh kepentingan
sosial-politik-ekonomi tertentu maka nilai itu tidak lagi bersifat
transendental-universal dalam artian sebenarnya, mau tidak mau warna
“lokal” juga ikut membentuknya.(hal 8)
Menghayati hal ini, kemudian Arkoun menekankan perlunya
mengadakan pembacaan ulang terhadap teks al-Qur’an untuk memperoleh
pemahaman yang komperhensif serta mampu memilah dan memilih antara
tradisi islam yang sudah diselimuti dengan kepentingan-kepentingan
ideologis dan yang belum. Latar belakangnya sebagai doktor sastra serta
pengalaman interaksinya dengan tradisi pemikiran barat(khususnya
prancis) membuat arkoun memilih kritik linguistic sebagai pisau analisa
dalam pemikirannya. (Hal 85)
Pembahasan dalam buku ini diawali dengan tulisan M.Amin
Abdullah tentang Kritik nalar islam ala arkoun yang membahas tentang
kritik epistimologi arkoun terhadap hampir keseluruhan bangunan
“keilmuan” islam. selanjutnya pembahasan menarik seputar kritik sastra
arkoun menggunakan metode Hermeneutika, Semiotika, dan pembacaan ulang
terhadap al-Qur’an dipaparkan secara menarik oleh para pakar keislaman
Indonesia yakni Komaruddin Hidayat, Johan Meuleman dan St. Sunardi.
Pandangan arkoun tentang islam dan modernism juga dibahas dalam tulisan
Suadi Putro dan Syafiq Hasyim. Buku ini ditutup dengan tulisan Johan
Meuleman yang berjudul “Beberapa Catatan Kritis tentang karya Mohammed
Arkoun”.
Buku ini mengajak pembaca menyelami pemikiran Mohammed
Arkoun yang panjang dan rumit dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami. Istilah-istilah linguistik yang awam terdengar, juga
dijelaskan sehingga pembaca tidak kesulitan dalam mencerna dan memahami
teori-teori bahasa yang ditawarkan. Buku ini memiliki kontribusi besar
dalam menstimulasi kesadaran pembaca untuk lebih arif dalam membaca
fenomena keagamaan serta bijak dalam merespon modernism yang masuk dalam
dunia islam, sebagaimana yang diusahakan Arkoun dalam
pemikiran-pemikirannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar